Kelenteng In Hok Kiong di pusat kota Bagansiapiapi
Asal Usul Nama BagansiapiapiMenurut cerita masyarakat Bagansiapiapi secara turun temurun, nama Bagansiapiapi erat kaitannya dengan cerita awal kedatangan orang Tionghoa ke kota itu. Disebutkan bahwa orang Tionghoa yang pertama sekali datang ke Bagansiapiapi berasal dari daerah Songkhla di Thailand. Mereka sebenarnya adalah perantau-perantau Tionghoa yang berasal dari Distrik Tong'an (Tang Ua) di Xiamen, wilayah Provinsi Fujian , Tiongkok Selatan. Konflik yang terjadi antara orang-orang Tionghoa dengan penduduk Songkhla, Thailand kelak menjadi penyebab terdamparnya mereka di Bagansiapiapi.
Dalam cerita dimaksud disebutkan bahwa pelarian tersebut dilakukan dengan menggunakan tiga perahu kayu (tongkang). Kejadian-kejadian selama dalam perjalanan menyebabkan hanya satu tongkang yang selamat sampai di darat. Itu adalah tongkang yang dipimpin oleh Ang Mie Kui bersama 17 orang penumpang lainnya. Tongkang yang selamat ini kebetulan membawa serta patung Dewa Tai Sun Ong Ya yang diletakkan di bagian haluan dan patung Dewa Kie Ong Ya yang ditempatkan dalam magun/rumah tongkang.
Menurut keyakinan mereka, patung-patung ini akan memberi keselamatan selama pelayaran itu. Petunjuk akhirnya diberikan oleh sang Dewa, setelah mereka melihat cahaya api yang berkerlap-kerlip sebagai tanda adanya daratan. Cahaya api itu ternyata berasal dari kunang-kunang (siapiapi) yang bertebaran di antara hutan bakau yang tumbuh subur di tepi pantai. Di daerah tidak bertuan inilah mereka mendarat dan membangun tempat pemukiman baru yang kemudian dikenal dengan nama Bagansiapiapi. Adapun kata bagan sendiri mengandung makna sebagai tempat, daerah, atau alat penangkap ikan.
Versi lain mengenai asal usul nama Bagansiapiapi adalah kata Bagan berasal dari kata tempat penangkapan ikan, sementara api berasal dari nama pohon api-api yang banyak tumbuh di daerah pantai
Perayaan Tahun Baru Imlek
Salah satu keunikan perayaan Tahun Baru Imlek di Bagansiapiapi adalah hadirnya aksesoris patung berbentuk hewan dari shio tahun tersebut yang dipajang di Jalan Perdagangan. Patung tersebut terutama terbuat dari material seperti kertas, bambu, kawat, kain, wol dan sebagainya. Kegiatan seperti ini baru dimulai pada perayaan Tahun Baru Imlek 2554/2003 M Shio Kambing.
Di samping itu, di Kelenteng Guan Gong (關帝壇) yang terletak di Jalan Perniagaan, terdapat lampion berukuran raksasa berbentuk hewan shio dan karya klasik Tiongkok lainnya.
Pada malam Cap Go Meh akan berlangsung Pawai Lampion dengan lampion-lampion yang unik dari berbagai kelenteng yang ada di Bagansiapiapi. Pawai Lampion ini sekaligus merupakan Lomba Lampion yang akan memilih lampion terindah, terunik dan terbagus.
Statsiun televisi swasta nasional, MetroTV pernah meliput acara pergantian Tahun Baru Imlek 2561/2010 M secara langsung dari Bagansiapiapi yang dipusatkan di halaman depan Kelenteng Ing Hok Kiong (永福宮)
Bahasa Bagansiapiapi
Masyarakat Bagansiapiapi yang lebih dikenal sebagai Orang Bagan, terdiri dari beragam suku di antaranya Melayu, Batak, Jawa, Hokkian, Tiociu, Hakka dan Hainan.Letaknya yang jauh dari ibukota Jakarta, membuat komunitas Tionghoa setempat masih kental menggunakan bahasa daerah tanpa pencampuran dengan bahasa gaul ibukota. Namun istilah "Bahasa Bagan" sering merujuk pada Bahasa Hokkian yang digunakan oleh masyarakat Tionghoa setempat.
Bahasa Hokkian Bagansiapiapi masih kental dengan nuansa Tionghoa murni tanpa campuran dengan bahasa Indonesia, sehingga mirip dengan bahasa Hokkian yang dipergunakan di Xiamen, Jinmen (Kim-men), dan Taiwan.
Dikarenakan sebagian besar leluhur orang Hokkian di Bagansiapiapi berasal dari Distrik Tong'an (Tang Ua) yang dekat dengan Xiamen dan Quanzhou, maka dialek bahasa Hokkian Bagansiapiapi bisa dimasukkan dalam varian campuran antara logat Xiamen dan Quanzhou (Cuanciu). Begitu juga dengan bahasa Hokkian yang dipergunakan di daerah Riau lainnya seperti Selatpanjang dan Bengkalis hampir sama dialeknya, karena kebanyakan leluhurnya berasal dari daerah Nan An (Lam Ua) yang dekat dengan Quanzhou.
Sementara bahasa Hokkian yang dipergunakan di Medan dan Penang masuk dalam varian logat Zhangzhou (Cianciu).
Wisata Kuliner Khas Bagansiapiapi
Oleh-oleh khas Bagansiapiapi adalah Kacang pukul yang diproduksi masyarakat Tionghoa sejak turun temurun. Selain itu juga terkenal terasi, kerupuk udang, kerupuk singkong, udang kering (Ebi), permen kelapa, kue Kiat-hong, kue Lik-tao-ko, kue Ang-che-nai-ko, dan beragam jajanan khas lainnya yang tidak ditemukan di daerah lain.
Sumber : id.wikipedia.org/wiki/Bagansiapiapi